OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Dua Pasangan Calon Bupati-Wakil Bupati Banyuwangi telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). Pasangan calon (Paslon) Ipuk Fiestiandani-Mujiono (Imun) dapat hasil nomor 1, sementara H. Moh Ali Makki-Ali Ruchi (Ali-ali) meraih nomor 2.
Itu adalah hasil undian nomor urut kontestan pada pemilihan kepala daerah tanggal 23 September lalu.Duet Imun tentu merasa bahagia mendapatkan nomor urut 1. Nomor satu adalah kode positif bakal menjadi yang terbaik dalam pesta demokrasi tahun ini.
Yang terbaik tentu sebagai pemenang dengan memperoleh suara terbanyak dalam “coblosan” di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dilaksanakan 27 November nanti. Yang baik dilanjutkan, yang belum selesai dituntaskan adalah tagline baru sang petahana.Sebagai juara bertahan, tentu incumbent harus menghadapi tekanan yang luar biasa.
Ingat ada istilah, mempertahankan prestasi jauh lebih sulit daripada meraihnya. Ini berkaitan dengan mental dan tekanan. Oleh karena itu, sang petahana dituntut untuk fokus bisa bertahan maksimal, minimal tidak sampai kecolongan di awal hingga last minute. Jika terpeleset, bisa gagal mempertahankan gelar.
Dalam dunia sepakbola dunia, pecinta bola sangat mengenal istilah pola bertahan terbaik catenaccio ala italia, jogo bonito ala Brazil dan kick and rush ala Inggris. Maka, duet Imun wajib dituntut memainkan skema Catenaccio ala Italia atau Jogo Bonito Ala Brazil. Sebab, faktanya dua negara ini justru sukses mempertahankan gelar terbanyak.
Brazil lima edisi, sementara Italia juara empat kali. Permainan kick and rush ala Inggris malah hanya sekali meraih tropy. Masih ibarat pertandingan sepakbola, pada menit awal, gebrakan yang dilakukan ali-ali sempat membuat juara bertahan merasa kelabakan.
Itu terjadi manakala saat proses pengundian nomor urut di hotel el-Royal. Betapa tidak, ali-ali ternyata membawa pendukung loyal dan militan, kaum emak-emak dengan jumlah besar.
Meski berada di luar pagar, tapi aksi heroik emak emak berpengaruh secara mental sang juara bertahan. Mereka tampak semangat menggelora, memiliki semangat tempur dan semangat juang untuk perubahan kepemimpinan bupati dimulai dengan cara mengganti bupati saat ini dan penggantinya adalah Gus Makki, panggilan akrab H. Moh Ali Makki Zaini.
Apalagi, ali-ali mendapatkan angka sebagai simbol keberuntungan di tahun 2024, layaknya pemenang Pilpres, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.Aksi pendukung ali-ali ini tentu membawa beban psikologis sang juara bertahan. Dari rangkaian video rekaman dari aktivitas pendukung ali-ali langsung ramai dan viral di berbagai platform media sosial.
Di menit menit awal pertandingan, kali ini ali-ali lebih unggul atas Imun.Situasi ini harus segera diatasi untuk menetralisir keadaan. Adalah pertemuan Ipuk Fiestiandani dan KH. Ahmad Munib Syafaat yang menjadi drama berikutnya. Pertemuan dua tokoh sentral menjadi menambah semangat sekaligus vitamin prima bagi Imun.
Apalagi, keduanya membahas diskusi tentang perkembangan Banyuwangi di masa masa yang akan datang. Dalam pernyataannya, Gus Munib terang terangan memuji bupati saat ini, Ipuk Fiestiandani. Menurutnya, arah kebijakan bupati saat ini belum selesai, maka bisa dilanjutkan tahun berikutnya.
Harapannya, bahwa Ipuk Fiestiandani bisa melanjutkan proses pembangunan di Banyuwangi ini.Sementara itu, Ipuk Fiestiandani memuji sosok Gus Munib. Selain ingin mendengar masukan dan saran, istri Abdullah Azwar Anas, menteri pemberdayaan aparatur negera dan reformasi birokrasi ini paham betul dengan sosok Gus Munib yang memiliki pengalaman yang luas di bidang sosial, pendidikan dan politik.
Sekadar tahu, Gus Munib adalah bakal calon bupati yang mendaftar di PKB. Sayang, ikhtiyar dewan pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blokagung untuk maju di Pilkada tahun ini batal terealisasi. Sebab, PKB memilih mengusung Gus Makki – Ali Ruchi. Padahal, Gus Munib rela tidak kembali maju sebagai calon wakil rakyat (caleg) untuk periode keempat tahun ini karena hendak maju sebagai calon bupati.
Kini, Gus Munib tetap istiqomah mengurus santri dan mengembangkan dunia pendidikan sebagai Rektor Universitas KH. Mokhtar Syafaat (UIMSYA).
Tentu, silaturahmi politik kedua tokoh ini cukup membawa dampak besar. Meski tidak menyatakan secara gamblang tentang dukungan, namun minimal ini bisa membawa pertanda arah dukungan. Gus Munib bisa jadi kartu As bagi Imun, sementara ali-ali juga memiliki kartu serupa yaitu Yusuf Widyatmoko.
Sebab, belum lama ini, Gus Makki merajut harmoni dan bersilaturahmi di kediaman mantan wakil bupati dua periode itu.
Maka singkat kata, politik adalah bagaimana mempertahankan dan atau merebut kekuasaan. Ingat, Yusuf Widyatmoko adalah wakil bupati era Abdullah Azwar Anas kemudian tampil sebagai calon bupati dan melawan Ipuk Fiestiandani pada Pilkada tahun 2020 lalu.
Sementara, Gus Munib yang saat itu bakal maju sebagai calon bupati juga gagal maju dan rekomendasi PKB jatuh ke tangan Yusuf Widyatmoko – KH. Riza Azizy yang notabene adalah keponakannya sendiri. PKB bersama Golkar dan Demokrat akhirnya kalah dengan koalisi parlemen saat itu yaitu PDIP, Gerindra, Nasdem dan PPP serta Hanura.
Maka, pada pilkada tahun ini, arah dukungan Gus Munib dan Yusuf Widyatmoko bisa dicermati dan mudah dipahami, yaitu antara Ipuk Fiestiandani – Mujiono atau H. Moh. Ali Makki – Ali Ruchi.
*Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil Se Banyuwangi