OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani akhirnya mendapatkan rival kompetisi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2024 ini. Adalah KH. Ali Makki Zaini atau Gus Makki yang akan menjadi lawan dalam pilihan rakyat yang digeber tanggal 27 November nanti.
Di atas kertas, sang petahana dinilai unggul karena mendapatkan sokongan total 16 partai politik (baik parpol parlemen maupun non parlemen). Sementara itu, Gus Makki, hanya didukung oleh PKB dan satu parpol non parlemen yaitu PBB.
Incumbent, Ipuk Fiestiandani dituntut bisa menggerakan mesin parpol dengan maksimal. Juga sangat diperlukan menjembatani kelompok-kelompok relawan non parpol yang berada di barisannya.
Bupati Ipuk harus berkaca dan mencontoh kemenangan telak Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden periode 2024-2029.
Dengan calon wakilnya, Mujiono yang notabene seorang birokrat, Ipuk tentu cukup percaya diri bisa memenangi Pilbup.
Dalam hal popularitas, warga Banyuwangi tentu sangat mengenalnya, selain karena menjabat bupati saat ini juga karena istri seorang Abdullah Azwar Anas, Menteri PAN-RB.
Tapi pesaingnya, sosok Gus Makki juga cukup dikenal luas warga Banyuwangi, terutama kalangan warga Nahdhatul Ulama (NU). Mengingat, Gus Makki adalah ketua PCNU periode 2017-2023.
Apalagi, politik kehadiran yang dilakukan Gus Makki selama menjadi ketua PCNU sangat melekat dan begitu diingat oleh warga NU, terutama dalam program Sobo Deso. Selain itu juga menginisiasi seluruh jajaran dalam program kampung NU yang cukup sukses.
Bupati Ipuk dikenal dengan program Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa). Program ini membawa pengaruh yang cukup besar, khususnya dalam hal pelayanan administrasi. Masyarakat langsung bisa menerima manfaat atas kinerja program bunga desa.
Jika situasi politik saat Pilpres dan bisa benar-benar dimaksimalkan dengan baik, maka sang petahana berpotensi unggul karena didukung mayoritas parpol. Tapi ingat, itu tidak bisa dijadikan jaminan kemenangan multlak. Tetap saja, duet Ipuk Fiestiandani-Mujiono patut waspada.
Gus Makki bukan sosok yang sembarangan apalagi kacangan. Gus Makki adalah dinilai sebagai simbol perjuangan dan perubahan. Hal itu merujuk pada jabatan Bupati Banyuwangi tiga periode terakhir yang berasal dari satu keluarga, yakni sepasang suami-istri.
Rangkaian pernyataan Gus Makki selalu tepat menuai kenyataan. Jauh sebelum putusan MK, Gus Makki sangat percaya diri akan daftar ke KPU sebagai calon bupati. Padahal saat itu, PKB terancam tidak bisa berangkat karena tidak cukup syarat mengusung pasangan calon bupati-calon wakil bupati.
Tapi mendekati jadwal pendaftaran, putusan MK mengubah segalanya. Gus Makki akhirnya benar-benar daftar bersama calon wakilnya, Ali Ruchi.
Usai daftar, Gus Makki tetap tidak grogi apalagi minder. Pengasuh Ponpes Bahrul Hidayah Rayud, Parijatah Kulon, Kecamatan Srono itu juga dengan tegas menyatakan bahwa dirinya akan bekerja keras meski hanya diusung dua parpol dan optimis menang. Karena, ini adalah pilihan rakyat bukan pilihan partai.
Slogan duet Ali-Ali tampaknya lebih “mengena”. Bangkit Bersama, Makmur Untuk Semua. Slogan ini juga dinilai sebagai tandingan kubu pasangan IMUN, yaitu Maju Bersama Untuk Semua. Pasangan Ali-Ali juga lebih leluasan dan fleksibel manakala saat sosialisasi pemenangan yang linear dengan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim yang diusung.
PKB mengusung Luluk Nur Khamidah-Lukmanul Hakim. Sementara itu, PDIP yang notabene partai induk Ipuk Fiestiandani mengusung Tri Rismaharini-Zahrul Azwar Asumta sebagai Calon Gubernur-Wakil Gubernur Jatim dan bersaing melawan incumbent Khofifah Indarparawansa-Emil Listianto Dardak.
Ini bisa menjadi tantangan bagi Ipuk Fiestiandani bagaimana menggerakan mesin parpol dengan maksimal. Jangan sampai, beda mengusung jago di level calon gubernur justru membuat parpol pengusung duet IMUN malah tidak solid dan pecah internal.
Gus Makki bisa jadi solusi kebuntuan kepemimpinan saat ini yang diisi pasangan suami istri. Pasangan Ali-Ali jadi solusi, Pasangan Imun perlu hati-hati. (*)
*Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil Se Banyuwangi