OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, kerap menjadi sorotan nasional bahkan internasional dalam beberapa tahun terakhir. Di bawah kepemimpinan Bupati Ipuk Fiestiandani, Banyuwangi telah menorehkan berbagai prestasi gemilang, yang salah satunya adalah penghargaan bergengsi kelas dunia, Aga Khan Award for Architecture.
Penghargaan ini bukan sekadar pengakuan terhadap karya arsitektur semata, tetapi lebih dari itu, ia merupakan penghargaan atas kontribusi besar yang diberikan kepada umat manusia melalui desain yang responsif, inklusif, dan berkelanjutan.
Aga Khan Award for Architecture adalah salah satu penghargaan paling prestisius di dunia arsitektur, yang didirikan oleh Aga Khan IV pada tahun 1977. Penghargaan ini memiliki fokus utama pada desain yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga mampu memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Salah satu kategori penilaiannya adalah bagaimana sebuah karya arsitektur dapat memberikan sumbangan besar terhadap kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam hal sosial, budaya, ekonomi, dan ekologi.
Penghargaan ini menyoroti proyek-proyek yang berhasil menciptakan ruang yang inklusif dan fungsional, yang dapat diakses dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, ketika Banyuwangi menerima penghargaan ini, hal tersebut tidak hanya menandakan keunggulan dalam desain fisik bangunan, tetapi juga sebuah pengakuan akan visi kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan lingkungan.
Ipuk Fiestiandani, sebagai pemimpin Banyuwangi, telah menunjukkan bagaimana seorang kepala daerah dapat memanfaatkan kekuatan arsitektur dan perencanaan kota untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Sejak menjabat, Ipuk tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur yang megah, tetapi juga pada bagaimana infrastruktur tersebut dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat luas.
Penghargaan Aga Khan ini adalah bukti nyata dari keberhasilan strategi pembangunan yang berbasis pada keberlanjutan dan inklusi sosial yang diterapkan di Banyuwangi. Di bawah kepemimpinan Ipuk, Banyuwangi tidak hanya berkembang menjadi kota yang modern, tetapi juga tetap menjaga nilai-nilai lokal dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
Program-program seperti revitalisasi kawasan kumuh, pembangunan ruang publik yang inklusif, dan pelestarian warisan budaya adalah contoh konkret dari visi ini.Keberhasilan Banyuwangi dalam meraih penghargaan ini juga tidak terlepas dari peran serta Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuwangi, Ir. H. Mujiono, M.Si. Sebagai salah satu birokrat senior di Banyuwangi, Mujiono telah bekerja keras untuk memastikan bahwa setiap proyek pembangunan yang ada selaras dengan visi besar daerah.
Dalam kapasitasnya, Mujiono berperan penting dalam mengintegrasikan berbagai program pembangunan, koordinasi antar dinas, serta menjamin bahwa setiap proyek memenuhi standar kualitas yang tinggi.
Salah satu aspek penting dari Aga Khan Award adalah penekanan pada kontribusi arsitektur terhadap umat manusia. Penghargaan ini mengakui proyek-proyek yang tidak hanya menciptakan bangunan yang menarik secara visual, tetapi juga yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Dalam konteks ini, Banyuwangi di bawah kepemimpinan Ipuk Fiestiandani telah menunjukkan bagaimana pembangunan yang berkelanjutan dan berorientasi pada manusia dapat diwujudkan.
Sebagai contoh, pembangunan ruang-ruang publik seperti Taman Blambangan yang direvitalisasi menjadi lebih ramah lingkungan dan inklusif, telah memberikan dampak besar bagi masyarakat Banyuwangi. Ruang ini tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial yang memperkuat kohesi masyarakat.
Selain itu, revitalisasi kampung-kampung nelayan dengan tetap mempertahankan kearifan lokal telah membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat tanpa mengorbankan identitas budaya mereka.Penghargaan ini juga menandakan keberhasilan Banyuwangi dalam mengatasi tantangan-tantangan besar seperti urbanisasi dan perubahan iklim. Melalui pendekatan arsitektur yang responsif dan adaptif, Banyuwangi telah berhasil mengembangkan kota yang tidak hanya berkelanjutan secara lingkungan, tetapi juga inklusif dan adil secara sosial.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan Banyuwangi meraih Aga Khan Award for Architecture juga berkat kolaborasi solid antara pimpinan daerah dan jajaran birokrasinya. Sekda Ir. H. Mujiono, M.Si., sebagai sosok yang berpengalaman dalam birokrasi, telah memainkan peran penting dalam merealisasikan visi pembangunan yang diusung Ipuk Fiestiandani.
Mujiono dikenal sebagai seorang birokrat yang detail dan memiliki dedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya. Dalam berbagai proyek pembangunan, ia selalu memastikan bahwa setiap detail diperhatikan, dari tahap perencanaan hingga implementasi. Kepemimpinannya di tingkat birokrasi telah memastikan bahwa setiap proyek pembangunan berjalan sesuai dengan rencana, efisien, dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Selain itu, Mujiono juga berperan penting dalam membangun sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak swasta. Pendekatannya yang inklusif telah menciptakan ekosistem yang kondusif bagi berbagai pihak untuk berkontribusi dalam pembangunan Banyuwangi.
Kolaborasi inilah yang pada akhirnya menghasilkan proyek-proyek inovatif dan berkualitas, yang diakui di tingkat internasional.
Penghargaan Aga Khan Award for Architecture yang diterima oleh Banyuwangi adalah tonggak penting dalam perjalanan daerah ini menuju masa depan yang lebih gemilang. Penghargaan ini bukan hanya simbol prestasi, tetapi juga pengingat akan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan berorientasi pada kesejahteraan manusia.
Kepemimpinan Ipuk Fiestiandani, yang didukung oleh tim birokrasi yang solid di bawah Sekda Ir. H. Mujiono, telah membawa Banyuwangi ke level yang lebih tinggi dalam peta pembangunan global. Namun, tantangan ke depan tentu tidak kalah besar. Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, Banyuwangi perlu terus berinovasi dan menjaga komitmen terhadap pembangunan yang berkelanjutan.
Keberhasilan ini juga menunjukkan bahwa ketika pemerintah daerah memiliki visi yang jelas dan mampu bekerja sama dengan berbagai pihak, maka tidak ada yang tidak mungkin. Banyuwangi telah membuktikan bahwa sebuah daerah di Indonesia mampu bersaing di panggung dunia, meraih penghargaan bergengsi, dan yang lebih penting, memberikan manfaat nyata bagi masyarakatnya.
Dengan prestasi ini, Banyuwangi tidak hanya dikenal sebagai kabupaten yang indah secara fisik, tetapi juga sebagai daerah yang menjadi model dalam pembangunan yang humanis dan berkelanjutan. Penghargaan Aga Khan ini hanyalah salah satu dari sekian banyak bukti bahwa Banyuwangi di bawah kepemimpinan Ipuk Fiestiandani memang layak menjadi teladan bagi daerah lain di Indonesia.
*Penulis: Veri Kurniawan S.St.,S.H