Oleh: Syafaat
OPINI (SuaraIndonesia.net)–Fenomena Jabal Magnet, sesuai dengan namanya, memiliki kandungan magnet yang sangat tinggi, akibatnya mobil-mobil di daerah tersebut bergerak sendiri, termasuk jarum kompas tidak dapat berfungsi akibat medan magnet yang sangat kuat.
Saya tadinya juga penasaran dengan fenomena alam ini, tetapi setelah bersama jamaah haji Kabupaten Banyuwangi kloter SUB-58 berkesempatan ke tempat tersebut, dan bus yang kami tumpangi mencoba berjalan di medan magnet, bus tersebut bergerak sendiri ketika posisi persneling dalam posisi nol atau netral, pada jalur datar, bus ini berjalan seperti berjalan pada turunan yang semakin lama semakin cepat hingga mencapai kecepatan 100 km/jam, kemudian melambat ketika jalan mulai menanjak.
Jabal Magnet atau bukit magnet bernama asli Manthiqa Baidha atau perkampungan putih. Lembah ini juga disebut Lembah Jin, karena fenomena menarik yang tidak di dapatkan di daerah lain, sehingga mungkin dianggap semua itu dulunya dianggap ulah para jin.
Jabal Magnet berada di bukit tandus, sekitar 30 menit atau 60 kilometer dari pusat Kota Madinah, perjalanan menuju kawasan Jabal Magnet dipenuhi sejumlah perkebunan kurma dan hamparan bukit bebatuan, pada musim haji 2024 bersamaan dengan musim kurma, sehingga jamaah sepanjang perjalanan dapat menikmati pohon kurma yang sedang berbuah menguning, pemandangan ini sangat langka karena sulit dan hampir tidak di temukan kebun kurma berbuah lebat di Indonesia.
10 kilometer menjelang Jabal Magnet, ada sebuah danau buatan yang besar. Kemudian disambut oleh warna hitam dan merah layaknya batu bata yang mendominasi Jabal Magnet. Terlepas dari itu, keajaiban alam tersebut hanya berlangsung sekitar 1-4 kilometer dari arah kepulangan Jabal Magnet, ketika jamaah haji berhenti di kawasan wisata Jabal Magnet, jamaah memanfaatkan fasilitas naik onta dengan tarif SAR 10 setiap orang, dan satu onta dapat di naiki oleh dua orang.
Bagi jamaah haji Indonesia, meskipun tidak ada kaitan langsung antara ritual haji dengan mengunjungi Jabal Magnet, namun rasanya sayang jika dilewatkan kesempatan ke Jabal Magnet ketika jamaah berada di Saudi Arabia.
Guide bus menyampaikan bahwa Jabal Magnet pertama kali ditemukan oleh orang suku Baduy.
Penemuan ini berawal dari kebetulan seorang anggota suku Arab Badui yang menghentikan mobilnya karena keinginan untuk buang air kecil. Karena terburu-buru ia mematikan mesin mobil, namun lupa memasang rem tangan. Setelah ia selesai, dengan rasa kaget, Arab Badui tersebut melihat mobilnya jalan sendiri dan semakin melaju dengan cepat.
Akhirnya, mobil itu berhenti setelah terperosok ke dalam tumpukan pasir di daerah tersebut.
Keanehan di Jabal Magnet disebabkan lokasinya berdiri di atas Arabian Shield tua yang berumur 700 juta tahun. Kawasan itu berupa endapan lava “alkali basaltik” (theolitic basalt) seluas 180.000 kilometer persegi.
Lava tersebut kemudian muncul ke permukaan bumi dari kedalaman empat puluhan kilometer melalui zona rekahan sepanjang 600 kilometer yang dikenal sebagai “Makkah-Madinah-Nufud volcanic line”.
Jabal Magnet memang bukan termasuk situs sejarah, namun banyak jamaah yang merasa rugi jika ketika sudah berada di Madinah tidak ke Jabal Magnet, meskipun bagi jamaah haji reguler harus membayar biaya transportasi sendiri.
Madinah, 04/07/2024.