OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Mantan Ketua PCNU Banyuwangi, KH. Ali Makki Zaini kini bisa leluasa bergerak bebas. Saking bebasnya, dia memilih karir di dunia politik praktis karena tidak terikat dengan ormas selevel organisasi NU yang membesarkan namanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Hidayah Rayud, Srono itu memilih sebagai “pemain” di arena pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun ini. Betapa tidak, tokoh satu ini mendaftar sebagai calon bupati Banyuwangi periode 2024-2029 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kemarin, dia juga tampak hadir dalam pembekalan bakal calon kepala daerah (Bacakada) se Jawa timur di Surabaya. Dia tampak duduk satu meja dengan deretan nama-nama lain yang telah mendaftar sekaligus saling berebut tiket dari PKB. Lantas bagaimana kans dia untuk memegang tiket di PKB?
Gus Makki, begitu sapaan akrabnya memang dikenal luas di kalangan NU. Sepak-terjangnya selama ini terkadang memang penuh drama. Programnya yang paling diingat selama memimpin PCNU adalah program sobo deso.
Meski demikian, masa jabatannya tetap berakhir di PCNU. Dia terkena imbas karena pergulatan politik dan pada akhirnya dikarteker oleh PBNU. Rencana menggelar konferensi tidak direstui dan pengabdiannya di struktural NU pun tamat.
Gus Makki tampaknya tetap tidak bisa diam. Dia ditengarai terus akan melakukan perlawanan. Dalam hal ini, melakukan perlawanan kepada penguasa melalui jalur politik, yaitu tampil di Pilkada. Pada edisi pilkada 2020, Gus Makki terang-terangan berlawanan arus dengan Ipuk Fiestiandani-H Sugirah yang akhirnya terpilih dan dilantik sebagai bupati-wakil bupati hingga kini.
Potensinya mendapatkan rekomendasi dari PKB memang cukup besar. Sebab, selama ini, Gus Makki tampak ikut berdarah-darah memperjuangkan kebesaran PKB di Banyuwangi. Karena hal itulah, mengapa jajaran pengurus PCNU di masanya mayoritas juga mengisi posisi sebagai pengurus teras di PKB Banyuwangi.
PCNU rasa PKB atau PKB rasa PCNU bukan hanya isapan jempol belaka. Bahkan, kerap kali Gus Makki diketahui telah beberapa kali menggelar dan atau memfasilitasi kegiatan PKB di kantor PCNU. Hal inilah yang membuat PCNU Banyuwangi ditegur oleh PBNU. Bukan rahasia umum, Sekjen PBNU, Syaifullah Yusuf kerap kali berseberangan dengan Ketum PKB, Muhaimin Iskandar.
Sikap pro-PKB oleh Gus Makki ini yang bisa menjadi nilai plus bahwa dia memiliki kans paling besar dalam perebutan tiket sebagai calon bupati/wakil bupati dari PKB. Minimal, Gus Makki mendapatkan reward khusus atas peran dan perjuangannya untuk PKB sejauh ini.
Jika Gus Makki mendapatkan rekomendasi dari PKB, masih ada tugas berikutnya. Dan ini menjadi problem bagi PKB. Parpol mana yang siap berkoalisi dengan PKB dengan proposal Gus Makki sebagai calon bupati atau calon wakil bupati?
Ini tugas berat, tapi percayalah, bahwa Gus Makki memiliki segudang cara untuk mewujudkan koalisi. Misalnya dengan Gerindra dengan proposal pasangan calon Sumail Abdullah-Gus Makki. Persoalannya, apakah Sumail juga klik dengan Gus Makki? Tentu, jawabannya masih dinamis.
Sebetulnya, PKB juga memiliki kader yang potensial. Ada nama Dr. KH. Ahmad Munib Syafaat, Lc, M.E.I. Tokoh satu ini ternyata jauh-jauh hari telah pasang badan untuk maju sebagai calon bupati/wakil bupati. Faktanya, dia rela tidak nyaleg kembali pada pileg tahun ini. Figur satu ini nilai juga lebih komplit.
Sebagai seorang akademisi, rektor Universitas KH. Mukhtar Syafaat sekaligus salah satu pengasuh ponpes Darussalam Blokagung, Gus Munib memiliki rekam jejak yang bagus. Sebagai politisi, dia memiliki kualitas yang mumpuni dan sudah berkiprah di jalur legislatif yang cukup tahu tentang seluk beluk bidang pemerintahan.
Gus Munib juga cenderung bisa diterima oleh berbagai parpol di luar PKB. Misalnya, Sumail Abdullah yang notabene Ketua DPC Gerindra terang terangan ingin menggandeng-nya sebagai pasangan calon di Pilkada nanti. Bahkan, ketua DPC Partai Demokrat, Michael Edy Hariyanto pun demikian, dia ingin berpasangan dengan Gus Munib dan malah hanya menaruh proposal sebagai wakil.
Gus Munib juga berpotensi bisa diterima oleh Ipuk Fiestiandani sebagai calon wakil. Mengingat, H Sugirah malah kini maju sendiri dengan formulir sebagai calon bupati dan diprediksi Ipuk-Sugirah pecah kongsi.
Sementara deretan nama-nama lain juga memiliki kans dapat rekom dari PKB, tapi cukup tipis jika dibandingkan dua figur di atas. Misalnya, Ali Ruchi seorang birokrat; Ratna Ani Lestari mantan bupati periode 2005-2010; H. Sugirah wakil bupati/kader PDIP, Sumail Abdullah pimpinan Gerindra, dan Ipuk Fiestiandani bupati saat ini/kader PDIP yang juga daftar di PKB.
*Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi