OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Dr. KH. Ahmad Munib Syafaat, Lc, M.E.I,.tampaknya sedang melakukan terobosan besar. Rektor Universitas Islam Darussalam Blokagung itu tengah menjajaki upaya rekonsiliasi besar dengan cara mengambil formulir sebagai kandidat bakal calon bupati/wakil bupati di kantor DPC PDIP.
Sebagai kader aktif PKB, tentu langkah yang dilakukan anggota DPRD itu mengambil formulir di partai banteng moncong putih itu mengejutkan. Tapi skenario ini bukan hanya isapan jempol belaka. Bahkan, sesuai rencana, pria yang dikenal bersahaja itu ketika mengembalikan formulir akan diterima langsung oleh ketua DPC PDIP, I Made Cahyana Negara. Istimewa!
Sekadar tahu, selama ini, DPC PDIP hanya diwakili oleh ketua Desk Pilkada, Eko Sukartono. Versi Eko, bahwa Gus Munib saat pengambilan formulir diwakili oleh relawannya dan saat pengembalian formulir sudah “janjian” dengan ketua DPC PDIP. Luar biasa!
Gus Munib mendadak memilih masuk dua gerbong besar, PKB dan PDIP dinilai suatu gebrakan yang di luar dugaan. Tentu, ini adalah langkah besar untuk merajut sinergi untuk Banyuwangi.
Gus Munib tentu sangat tahu jika dinamika politik di Banyuwangi kian memanas. Ketegangan di berbagai lini akibat beda perspektif pandangan politik semakin runyam. Apalagi, ketegangan semakin memanas manakala PCNU dibawah komando KH, Moh Ali Makki Zaini (Gus Makki) dikarteker oleh PBNU.
Diakui atau tidak, Gus Makki bisa disebut menjadi korban kerasnya politik. Meski PCNU adalah ormas yang tidak boleh berpolitik, tapi faktanya Gus Makki adalah orang yang benar-benar bersebrangan dan melawan pasangan Ipuk Fiestiandani – H Sugirah pada Pilkada tahun 2020 silam.
Oleh karena itu, maka Gus Makki ini bisa menjadi batu sandungan jika kembali terpilih di arena konferensi PCNU 2024 dan momentumnya sangat tepat menjelang Pilkada. Kalau hal itu terjadi, maka peluang petahana untuk menang bisa terancam. Mengingat Ipuk-Sugirah hanya unggul tipis 52,4 persen atas rivalnya Yusuf Widyatmoko – KH. Riza Aziziy empat tahun lalu.
Saat ini, Gus Makki malah mendaftar sebagai calon bupati Banyuwangi setelah tidak lagi menjadi ketua PCNU. Sebagai warga negara, yang dilakukan Gus Makki sah sah saja. Tapi, seyogyanya hasil rumusan dari PKB, jika harus fair, Gus Munib yang semestinya mendapatkan rekomendasi dari PKB karena telah diusulkan dari jajaran pengurus.
Pada perkembangannya, skenario pasangan Ipuk – Gus Munib juga membawa harapan besar untuk Banyuwangi. Di sisi lain, Gus Munib bisa sebagai wadah kaum santri dan sarungan, sementara Ipuk mewadahi kaum nasionalis.
Dua elemen beda latar belakang ini bisa membawa pengaruh besar. Apalagi, Gus Munib bisa membawa proposal terkait kegaduhan di PCNU pasca karteker. Misalnya, KH. Riza Aziziy yang notabene keponakannya bisa diplot sebagai poros tengah menahkodai PCNU Banyuwangi lima tahun ke depan.
KH. Riza Aziziy adalah calon wakil bupati yang kalah dalam pertarungan Pilkada 2020. Meski demikian, figur satu ini dianggap memiliki barometer dan kapasitas yang cukup memimpin PCNU Banyuwangi.
Tokoh ini juga minim menimbulkan resisten dan bisa meredam ketegangan kedua kubu, pro karteker dan kontra karteker. Pro karteker ada di pendopo / menteri PAN-RB, Abdullah Azwar Anas ; kubu Gus Makki yang kontra Karteker. Sejauh ini, ketegangan di PCNU masih belum sepenuhnya tuntas dan ini harus segera diakhiri.
Merajut harmoni memang tidak mudah membalikkan telapak tangan. Namun sikap bijaksana dan negarawan harus menjadi teladan. Skenarionya, Gus Munib menjadi wakilnya Ipuk Fiestiandani dengan gerbong PDIP-PKB. Sementara, PCNU dipercayakan kepada Gus Riza.
Skema ini cukup cocok melihat peta yang berkembang saat ini. Deretan nama-nama untuk menghuni PCNU ke depan masih diwarnai dengan segmen pro kelompok tertentu. Misalnya, K Sunandi Zubaidi, Abdul Azis, Guntur Al Badri, H. Mukhdor Atim. Deretan nama ini cukup potensi, namun resistennya sangat tinggi dengan barisan militan Gus Makki.
Lantas posisi tawar Gus Makki seperti apa? Ini menjadi pertaruhan. Jika Gus Makki bisa menyatu dengan upaya rekonsiliasi besar, maka akan kembali harmoni bergandengan tangan bersama-sama tokoh-tokoh sentral yang ada saat ini.
Menteri PAN-RB, Abdullah Azwar Anas jelas masih ingat jasa besar dari Ponpes Darussalam Blokagung. Deklarasi pasangan Dahsyat yang menjadi slogan Abdullah Azwar Anas – Yusuf Widyatmoko adalah peran besar dari KH Hisyam Syafaat yang kala itu sebagai Rois Suriyah PCNU Banyuwangi.
Ketua PCNU kala itu, KH Masykur Ali sebagai eksekutornya yang berhasil melakukan serap aspirasi warga NU dan memilih Abdullah Azwar Anas sebagai kader terbaik NU maju sebagai calon bupati.
Maka, beberapa waktu lalu, diketahui MenpanRB, Abdullah Azwar Anas bersama istrinya, Ipuk Fiestiandani dan jajaran SKPD bersilaturahmi di kediaman KH Hisyam Syafaat. Meski hanya silaturahmi, tapi pesan yang dikandung dalam acara itu sangat besar implikasinya di kalangan publik.
Keluarga besar Ponpes Darussalam Blokagung telah menyatakan sikap mengusung Gus Munib sebagai calon bupati periode 2024-2029. Namun, jika skenario itu bisa berubah manakala ada upaya rekonsiliasi besar yaitu tentang PCNU dan Pilkada.
Maka, pasangan Gus Munib- Ipuk berpotensi unggul dalam pilkada. Proposalnya, di PCNU ketua tanfidz-nya Gus Riza yang notabene putra KH Hisyam Syafaat. Sementara jajaran Rois Suriah deretan nama bisa membawa harapan besar, seperti KH. Fahruddin Manan, Gus Makki dan KH Masykur Ali.
Dengan demikian, Banyuwangi bisa benar-benar berpotensi tercipta kabupaten Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur. PCNU berjalan beriringan dan saling bersinergi dengan bupati-wakil bupati. Tidak ada lagi hegemoni siapa menang dan siapa yang kalah! Banyuwangi damai aman sentosa!
*Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi