OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Partai Demokrat adalah partai politik pemenang Pilpres tahun 2004. Saat itu, pasangan calon (Paslon) Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla atau yang lebih dikenal duet SBY-JK itu sukses mengalahkan empat kandidat lain, diantaranya Megawati-KH. Hasyim Muzadi, Wiranto-KH. Salahuddin Wahid, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Ternyata kemenangan SBY-JK di Pilpres tidak mampu diukir manis di level daerah. Misalnya, Pilkada Banyuwangi, Paslon bupati dan wakil bupati, Masduki Suud-Moh Syafi’i yang diusung Partai Demokrat juga kurang beruntung. Berkoalisi dengan PPP, Demokrat Banyuwangi justru kalah dramatis dengan duet Ratna Ani Lestari-KH Yusuf Nur Iskandar yang hanya diusung oleh aliansi parpol non parlemen/partai gurem.
Sama seperti Pilpres tahun 2004, Pilkada Banyuwangi 2005 juga diikuti lima Paslon. Tiga diantaranya adalah Achmad Wahyudi-Eko Sukartono yang diusung PKB, Ali Syahroni-Yusuf Widyatmoko dari PDIP, dan Soesanto Suwandi-Abdul Kadir dari Partai Golkar.
Nah, fenomena Pilpres dan Pilkada saat itu nyaris mirip dengan potensi di pilkada tahun ini. Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka adalah pemenang Pilpres. Apakah paslon yang diusung Partai Gerindra bisa menang atau malah justru tumbang?
Perlu disimak, hingga saat ini pergerakan parpol menjelang pilkada cukup dinamis. Belum ada satupun parpol yang telah merilis sekaligus memberikan rekomendasi untuk paslon. Yang ada hanya usulan dari pengurus parpol untuk calon bupati, seperti Sumail Abdullah yang diusulkan dari Partai Gerindra.
Ipuk Fiestiandani yang justru diusulkan oleh Partai Golkar. Malahan, tidak ada nama Ipuk Fiestiandani dalam daftar yang diusulkan PAC PDIP se-Banyuwangi. Ini sketsa menarik, sebab rekomendasi sepenuhnya ada di tangan pengurus pusat, di Jakarta.
Sejarah parpol di Bumi Blambangan memang cukup menarik diikuti. Partai Demokrat tercatat hanya sekali menang dalam empat Pilkada. Kekalahan pertama dimulai tahun 2005, kemudian kembali tumbang saat Pilkada 2010 saat mengusung duet Djalal-KH Yusuf Nur Iskandar.
Pada tahun 2015, partai berlambang mercy itu memilih opsi bergabung dengan koalisi besar bersama PDIP, PKB dan menang. Tetapi, parpol dengan identitas warna biru itu kembali tumbang saat Pilkada 2020 saat mengusung Yusuf Widyatmoko-KH. Riza Aziziy.
Rentetan daftar poin itu membuat Demokrat kini harus mengambil langkah konkrit. Tentu, asas pertimbangan semua lini harus dijadikan catatan. Michael Edy Hariyanto sebagai ketuanya ditengarai bakal mengambil sikap realistis agar calon yang diusungnya bisa menang.
Bagaimana dengan PKB, partai bentukan Gus Dur itu kini gencar melakukan serangkaian komunikasi lintas parpol.
Sebagai parpol runner up Pileg 2024, 9 kursi hanya butuh koalisi 1 parpol untuk bisa mengusung paslon. PKB di Banyuwangi pernah berjaya di era tahun 1999, kemudian kursinya menyusut dan terkesan stagnan di dalam pemilu-pemilu setelahnya.
PKB menang saat duet Samsul Hadi-Abdul Kadir dalam sistem demokrasi parlemen. Kembali menang di era pemilihan langsung pada tahun 2010 dan 2015. Itu pun PKB berkoalisi dengan PDIP. Artinya, Koalisi Bang-Jo selalu menang dalam Pilkada selama ini.
PDIP satu-satunya partai yang mencatatkan hattrick kemenangan di tiga edisi pilkada terakhir. Sebagai parpol yang matang, PDIP juga memiliki rumus agar jagoannya bisa kembali mempertahankan kekuasaan.
Sementara itu, Golkar pilkada empat tahun lalu meraih kekalahan. Dan, perlu dicatat tidak pernah satu pun kader Golkar yang menjabat sebagai bupati dan wakil bupati di era pilihan langsung. Maka wajar, jika di arena musyawarah partai Golkar belum lama ini usulan justru diberikan kepada Ipuk Fiestiandani sebagai calon bupati periode 2024 – 2029.
Bagaimana dengan Nasdem? Supriyadi Saiful Karima sebagai ketuanya ternyata memiliki jejak fenomenal. Hanya meraih 2 kursi di Pileg edisi pertamanya tahun 2014, kemudian menjadi 5 kursi dan pileg tahun ini naik menjadi 7 kursi. Nasdem pun selalu menang saat mengusung calon bupati.
Melihat komposisi partai dengan segala dinamikanya, maka politik itu bisa mengejutkan dan juga bisa dibaca arah kemenangan. Pilkada Banyuwangi digeber 27 November nanti, apakah PDIP kembali berjaya atau dominasinya bisa dipatahkan oleh parpol lain. Gerindra, PKB, Demokrat, PDIP, Nasdem dan PPP memiliki segudang cara agar jagoannya menang.
Tapi semua pasti ingat dengan sikap fenomenal dari Partai Garuda. Baru-baru ini, Ketua Partai Garuda, H Yusuf Hidayat melontarkan seruan nyelekit. Jangan pilih bupati yang pelit.
*Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi