OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Beberapa hari terakhir ini mencuat di media sosial dan dalam isi berita terkait Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dipanggil dan diperiksa oleh Polda Jawa Timur. Entah apa persoalannya masih sumir atau abu-abu. Namun hal yang patut dicontoh oleh kita bersama adalah sosok atau figur Ipuk Fiestiandani yang menurut hemat penulis adalah warga negara yang baik dan taat hukum.
Andai pun benar Ipuk dipanggil dan diperiksa, bukankah semua masyarakat berhak melaporkan dan juga tentunya yang dilaporkan harus pro aktif. Hal itu dibuktikan oleh sosok Ipuk Fiestiandani. Dipanggil dan diperiksa belum tentu bersalah dan yang melaporkan belum tentu juga benar.
Lalu apakah ini momen politik sehingga persoalan itu sengaja dihembuskan dengan kuat dan meluas? Ipuk tetap tenang dan fokus menyelesaikan tugas dengan memberikan pelayanan yang maksimal pada masyarakat Banyuwangi.
Terbukti Ipuk bukanlah Anas. Dari persoalan yang ada di berita tersebut jika benar adanya. Ipuk tidak menggunakan kesempatan dari jabatan yang dimiliki oleh suaminya yaitu Abdullah Azwar Anas yang tidak lain sebagai Menteri PAN RB. Ipuk tetap hadir dan kooperatif tanpa adanya “abuse of power “.
Menjelang suasana pemilihan kepala daerah (Pilkada), banyak penggiringan – penggiringan opini di tengah masyarakat yang menyudutkan calon yang akan turut serta dalam pemilihan Calon Bupati (Cabup ) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup). Siapa yang akan menjadi korban dengan pergerakan politik yang tidak sehat dan kurang dewasa? Kembali lagi yang menjadi korban adalah masyarakat, ini versi penulis ya.
Jadi mari masyarakat Banyuwangi harus jelih dalam melihat, mendengarkan dan bertindak. Mari kita pilih calon pemimpin yang fokus pada kinerja untuk masyarakatnya bukan yang hanya menyerang dan menjatuhkan lawannya dengan persoalan pribadi. Adu gagasan lebih smart dan elegan daripada adu konspirasi.
Hal yang ingin disampaikan penulis dalam tulisannya adalah, para calon Bupati, calon wakil Bupati dan utamanya adalah tim suksesnya, berikan pendidikan politik yang sehat dan baik pada masyarakat, bukan hasutan bukan pula konspirasi rasa benci yang ditanamkan hanya untuk menggapai kemenangan.
*Penulis: Veri Kurniawan S.ST.,S.H (FORUM ANALISIS KEBIJAKAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH/FOSKAPDA)