OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Sejumlah partai politik (Parpol) tampak sudah mulai melakukan pergerakan menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banyuwangi yang digeber tanggal 27 November tahun ini. Sederet elite pun kini tengah serius menjajaki komunikasi lintas parpol dan muaranya adalah berkoalisi.
Selain elite parpol, ternyata ada figur yang mendadak muncul ke permukaan dan terlihat gencar membangun komunikasi lintas elemen dan antar parpol. Dia adalah Abdul Kadir. Ya, Abdul Kadir adalah mantan pensiunan birokrat sekaligus mantan Wakil Bupati Banyuwangi periode 2000-2005.
Tokoh satu ini tiba-tiba menjadi perbincangan di kalangan elite. Karena kemunculannya yang begitu masif sehubungan dengan dinamika menjelang Pemilihan Bupati-Wakil Bupati periode 2024-2029.
Terbaru, tokoh asal Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran ini mendadak terlihat satu meja dengan Ketua PKB, KH. Abdul Malik; Ketua Nasdem, Supriyadi Karima Syaiful dan Ketua PPP, H. Basir Qodim. Ada tokoh PKB suara terbanyak di Pileg 2024, Arvy Rizaldi dan Gus Yazid.
Melihat fenomena ini, PKB mengantongi 9 kursi, Nasdem meraih 7 kursi dan Nasdem mendapatkan 3 kursi, maka jika koalisi ini padu. Maka sudah sangat cukup untuk mengantarkan pasangan calon bupati-wakil bupati.
Belum lagi ditambah dengan Demokrat yang meraup 7 kursi. Maka, kolaborasi ini bakal menjadi perpaduan koalisi besar akan menjadi ancaman serius bagi PDIP, pemenang Pilkada tahun 2020, Ipuk Fiestiandani-Sugirah.
Tentu, Gerindra yang notabene pemenang Pilpres juga tidak akan tinggal diam. Bisa jadi, koalisi semakin gemuk jika pada akhirnya semua parpol itu menjadi satu kesatuan yang utuh.
Sebelumnya, PKB-Demokrat diketahui sudah membangun komunikasi politik dengan nama koalisi Kebangkitan-Demokrat. Skenario ini bisa menambah konstelasi politik di Bumi Blambangan kian menghangat. Abdul Kadir dalam hal ini dianggap sebagai sosok pemersatu.
Dia pun seketika muncul sebagai playmaker, jenderal lapangan tengah ala permainan sepakbola modern. Tahu bagaimana cara bertahan yang baik, dan bagaimana cara mulai melancarkan serangan hingga mencapai tujuan, gol!
Sebagai otak permainan, tentu Abdul Kadir tidak mudah diprovokasi. Jika dianggap sebagai kapten tim, dia cenderung melindungi kawan. Sementara, playmaker selama ini cenderung bermain disiplin dan tidak kasar. Semacam Ronaldinho, Rui Costa hingga Pirlo. Operannya jitu, bahkan jika rekannya terjadi kebuntuan dia malah sukses mencetak gol.
Abdul Kadir kini memang menjelma sebagai poros baru. Sejauh ini, dia juga terang-terangan akan melakukan “perlawanan” kepada “penguasa” saat ini. Padahal selama ini, dia dikenal sebagai sosok abdi negara yang loyal kepada pimpinannya, termasuk kepada bupati sejak era Ratna Ani Lestari, Abdullah Azwar Anas dan Ipuk Fiestiandani.
Sebagai tokoh yang loyal dan militan, sangat pantas jika pergerakan Abdul Kadir patut diwaspadai. Selama menjadi birokrat, dia bisa menyelesaikan tugas dengan baik, baik saat konflik dan berakhir di negosiasi. Negosiator ulung juga pantas disematkan kepadanya.
Deretan nama-nama calon bupati yang muncul ke permukaan hari ini menjadi isu publik. Seperti incumbent, Ipuk Fiestiandani, KH. Ahmad Munib Syafaat/Gus Munib, Sumail Abdullah hingga Handoko yang justru mendapatkan mandat dari Golkar sebagai calon bupati Banyuwangi.
Sebagai pembagi bola, Abdul Kadir tentu mengetahui kapan harus mengoper bola. Mengumpan, menerobos permainan lawan hingga memenangkan pertandingan. Playmaker seperti dia mengetahui secara rinci kiprah dari bupati-bupati sebelumnya. Selain birokrat, dia juga pernah merasakan kemenangan dan kekalahan saat tampil sebagai praktisi politik.
Pada perkembangannya, Sumail Abdullah juga telah memberikan kepercayaan penuh kepada dia. Dia juga dikenal sebagai sosok yang egaliter sehingga mudah berkawan dan bernegosiasi di medan perang. Maka wajar, jika pertemuan tiga parpol Nasdem, PKB dan PPP itu atas perannya.
Melihat komposisi kandidat bupati yang bertebaran, Abdul Kadir cukup piawai dalam me-management. Dia memiliki insting dan bisa mengukur kekuatan dan kekurangan setiap cabup.
Pertanyaannya adalah bakal ke mana Abdul Kadir akan berlabuh dan menentukan pilihan? Apakah harus kembali mengabdi kepada bupati saat ini, atau benar-benar memilih sosok bupati baru untuk Banyuwangi?
Kita tunggu kiprahnya, skenario lanjutan masih terus berjalan.
*Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi