OPINI* (SuaraIndonesia.net)–Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani akan menggelar open house di Pendopo Sabha Swagata pada hari ini (13/4). Hal itu lumrah dilakukan dilakukan pejabat, baik pejabat daerah maupun dipusat sama halnya yang dilakukan Presiden Jokowi Widodo pada hari pertama lebaran.
Perayaan idul fitri 1445 H ini menjadi momentum bagi pejabat untuk saling maaf memaafkan. Selain sebagai tradisi umat Islam tiap lebaran, tapi lebih dari itu yakni memberikan makna yang besar dan memberi dampak yang luas bagi kehidupan sehari-hari. Mengingat, sangat dianjurkan ketika perayaan idul fitri untuk saling memaafkan sehingga akan kembali bersih dan suci.
Bupati Ipuk juga menjadwalkan halal bihalal. Kali ini bersama Ikawangi dan warga Banyuwangi di seluruh dunia. Hebat bukan main, tokoh yang berkiprah di luar Banyuwangi hingga internasional bisa ambil bagian dalam halal bihalal pagi ini. Respek!
Namun demikian, ada kesan unik dan malah menjadi sorotan dalam acara open house bupati tahun ini. Betapa tidak, pesan kampanye flyer yang tersebar luas di berbagai media sosial, foto bupati tidak dibarengi dengan foto wakil bupati, H Sugirah. Yang beredar malah terpasang foto bupati dan foto menteri, yakni Abdullah Azwar Anas.
Ya, warga Banyuwangi tentu tahu bahwa Bupati Banyuwangi saat ini memang istri dari seorang menteri PAN RB yang sebelumnya menjabat bupati. Dari kacamata publik memang biasa saja, tapi dari sisi politik, beda dari biasanya. Itu karena bupati melekat sebagai pejabat publik dan pejabat politik.
Mengapa demikian, karena tahun ini akan dihelat pemilihan bupati dan wakil bupati. Tensi politik di Banyuwangi juga kian menghangat. Apalagi, sederet nama telah menyatakan diri maju sebagai calon bupati. Belum ada yang siap dan menyatakan maju sebagai calon wakil bupati.
Jika maju lagi sebagai calon bupati, tentu Bupati Ipuk tidak ingin kehilangan momen dalam perayaan lebaran kali ini. Meminta maaf memang penting dilakukan seorang bupati, walaupun ada istilah meminta maaf tidak semudah memberi maaf. Tetapi tidak lantas memberi maaf adalah persoalan yang gampang. Ada rasa kecewa, dikhianati, dan sebagainya. Tapi, Bupati Ipuk bisa dianggap sebagai ksatria yang berani meminta maaf kepada warganya.
Ada tiga dimensi besar dosa yang tidak bisa diampuni dalam amanah seorang Khatib, H. Hasyim Ali Khaidar, dalam khutbah usai shalat Idul Fitri berjamaah di Musola Al-Irsyad Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon. Pertama, seorang istri yang berani kepada suami. Kedua, seorang anak durhaka kepada orang tua dan yang terakhir adalah sudah meminta maaf tapi tidak dimaafkan.
Kemarin, keluarga besar Abdullah Azwar Anas sebagai seorang menteri telah menggelar open house di kediamannya, PP Mabadiul Ihsan Karangdoro. Sebagai seorang kepala rumah tangga, dia tentu dibarengi seorang istri yang notabene sebagai bupati Banyuwangi. Ini sangat tepat, karena keduanya adalah sepasang suami istri.
Ini juga sama halnya ketika Bupati Banyuwangi menggelar open house di Pendopo Bupati. Sebagai seorang bupati, seorang istri didampingi suami yang jabatannya kebetulan sebagai menteri. Dan ini wajar, karena keduanya ada sama sama berlabel pejabat daerah dan nasional.
Yang membedakan adalah dari sisi etika asas kepantasan. Sebagai seorang kepala daerah mesti ada wakil kepala daerah. Untuk menjaga keharmonisan, sangat pantas jika foto yang terpasang dalam flyer open house itu foto bupati dan wakil bupati. Otomatis, baik suami bupati dan istri seorang wakil bupati ikut mendampingi.
Sekali lagi, ini adalah cermin dan budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat kita semua. Kegiatan keluarga dan even penyelenggara negara harus dibedakan dan dipisahkan. Karena bupati dan wakil bupati dipilih berpasangan dalam kolom selembar kotak suara.
Wakil bupati juga punya peran besar bagi kemajuan Banyuwangi sejak terpilih Pilkada tahun 2020 lalu. Tanpa seorang wakil, maka bupati saat ini otomatis tidak akan sah ketika mencalonkan diri sebagai calon bupati.
Memberi cermin kepada orang lain, memang tidak mudah memberi cermin kepada diri sendiri. Semoga momentum lebaran kali ini dimanfaatkan untuk meningkatkan silaturahmi sehingga bisa membuat hati benar-benar kembali suci dan jauh dari rasa iri dan dengki. Selamat idul fitri untuk ibu bupati, bapak wakil bupati dan bapak menteri yang menjadi kebanggaan warga Banyuwangi.
*Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi.